Keragaman Fenotipe Kualitatif dan Kuantitatif Itik Sikumbang Jonti sebagai Plasma Nutfah di Sumatera Barat

Qualitative and Quantitative Phenotypic Diversity of Sikumbang Jonti Duck as Germplasm in West Sumatra

Authors

  • Firda Arlina Universitas Andalas, Kota Padang
  • Sabrina Husmaini Universitas Andalas, Kota Padang
  • R. Rhoudha Universitas Andalas, Kota Padang
  • W. R. Sardi Universitas Andalas, Kota Padang
  • T. Rafian Universitas Andalas, Kota Padang

DOI:

https://doi.org/10.46549/jipvet.v11i3.173

Keywords:

Duck morphometric, Germplasm, Pattern color, Payakumbuh, Sumatera barat, Morfometrik itik, Plasma nutfah, Warna bulu

Abstract

Abstract

This research was aimed to identifiaty qualitative and quantitative phenotypic polymorphism of Sikumbang Jonti Duck in Kecamatan Payakumbuh Timur Kota Payakumbuh Sumatera Barat. This research used 206 Sikumbang Jonti duck that were sexual maturity (22-48 weeks), divided of 50 males and 156 females. The qualitative traits observeted were head color, neck color, breaks color, back color, primary wings color, tail color, thigh color, bill color, and shank color. The quantitative traits observed were body weight (kg), beak width (cm), beak length (cm), neck length (cm), wing length (cm), femur length (cm), tibia length (cm), shank length (cm), back length (cm), number of primary wing feathers (strands), number of secondary wing feathers (strands), pelvic width (cm), and chest circumference (cm). The result showed that color of Sikumbang Jonti duck was dominated by white. Male Sikumbang Jonti duck had color head was white-black, and female had color head was white. In addition, the Sikumbang Jonti duck had green primary wing feathers like a beetle. The coefficient of diversity of the Sikumbang Jonti duck was low for beak width, tibia length (female), number of primary wing feathers, and number of secondary wing feathers, moderate value for body weight, beak length, neck length, wing length, femur length (female), length tibia (male), shank length, back length, perlvis width (females), and chest circumference (males), and high value for femur length (males).

Keywords: Duck morphometric; Germplasm; Pattern color; Payakumbuh; Sumatera barat

 

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi keragaman fenotipe kualitatif dan  kuantitatif itik Sikumbang Jonti di Kecamatan Payakumbuh Timur Kota Payakumbuh Provinsi Sumatera Barat. Penelitian ini menggunakan 206 ekor itik Sikumbang Jonti yang sudah dewasa kelamin (22 – 48 minggu), terdiri dari 50 ekor jantan dan 156 ekor betina. Sifat kualitatif yang diamati adalah warna bulu head, warna bulu neck, warna bulu breaks, warna back, warna primary wings, warna tail, warna thigh, warna bill, dan warna shank. Sifat kuantitatif yang diamati adalah bobot badan (kg), lebar paruh (cm), panjang paruh (cm), panjang leher (cm), panjang sayap (cm), panjang femur (cm), panjang tibia (cm), panjang shank (cm), panjang punggung (cm), jumlah bulu sayap primer (helai), jumlah bulu sayap sekunder(helai), lebar pelvis (cm), dan lingkar dada (cm). Hasil menunjukkan warna bulu itik Sikumbang Jonti didominasi dengan warna bulu putih. Warna bulu kepala itik Sikumbang Jonti jantan berwarna putih-hitam, sedangkan itik Sikumbang Jonti betina berwarna putih. Selain itu, itik Sikumbang Jonti memiliki warna bulu sayap primer berwarna hijau seperti kumbang. Koefisien keragaman itik Sikumbang Jonti bernilai rendah untuk lebar paruh, panjang tibia (betina), jumlah bulu sayap primer, dan jumlah bulu sayap sekunder, bernilai sedang untuk bobot badan, panjang paruh, panjang leher, panjang sayap, panajng femur (betina), panjang tibia (jantan), panjang shank, panjang punggung, lebar perlvis (betina), dan lingkar dada (jantan), dan bernilai tinggi untuk panjang femur (jantan). Keragaman fenotipe kualitatif dan kuantitatif pada itik Sikumbang Jonti relatif seragam, kecuali pada fenotipe kuantitatif panjang femur pada itik Sikumbang Jonti jantan memiliki keragaman tinggi.

Kata kunci: Morfometrik itik; Payakumbuh; Plasma nutfah; Sumatera barat; Warna bulu

Downloads

Download data is not yet available.

Author Biographies

Firda Arlina, Universitas Andalas, Kota Padang

Fakultas Peternakan Universitas Andalas Jl. Limau Manis, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat, Indonesia

Sabrina Husmaini, Universitas Andalas, Kota Padang

Fakultas Peternakan Universitas Andalas Jl. Limau Manis, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat, Indonesia

R. Rhoudha, Universitas Andalas, Kota Padang

Fakultas Peternakan Universitas Andalas Jl. Limau Manis, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat, Indonesia

W. R. Sardi, Universitas Andalas, Kota Padang

Fakultas Peternakan Universitas Andalas Jl. Limau Manis, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat, Indonesia

T. Rafian, Universitas Andalas, Kota Padang

Fakultas Peternakan Universitas Andalas Jl. Limau Manis, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat, Indonesia

References

FAO, Food and Agriculture. Organization of The United Nations. 2007. The State of the World’s Animal Genetic Resources for Food and Agriculture. Rome (Italia): FAO.
FAO, Food and Agriculture. Organization of The United Nations. 2008. Guidance for Phenotypic Characterization of Chickens and Ducks. Rome (Italia): FAO.
FAO, Food and Agriculture. Organization of The United Nations. 2012. Phenotypic Characterization of Animal Genetic Resources. Rome (Italia): FAO.
Hardjosworo, P. S., A. Setioko, P. P. Ketaren, L. H. Prasetyo, A. P. Sinurat, and R. Rukmiasih. 2001. ‘Perkembangan teknologi peternakan unggas air di indonesia’. Pp. 22–41 in Prosiding Lokal Karya Unggas Air. Fakultas Peternakan, IPB - Balai Penelitian Ternak, Puslitbang Peternakan.
Henrik, H., D. Purwantini, and I. Ismoyowati. 2018. ‘Morphometrics and Genetic Diversity of Tegal, Magelang and Their Crossbred Ducks Based on Cytochrome b Gene’. Journal of the Indonesian Tropical Animal Agriculture 43(1):9. doi: 10.14710/jitaa.43.1.9-18.
Kurnianto, E. 2010. Ilmu Pemuliaan Ternak. Semarang (Indonesia): Universitas Dipenogoro.
Maharani, D., D. N. H. Hariyono, D. D. I. Putra, J. Lee, and J. H. P. Sidadolog. 2019. ‘Phenotypic Characterization of Local Female Duck Populations in Indonesia’. Journal of Asia-Pacific Biodiversity 12(4):508–14. doi: 10.1016/j.japb.2019.07.004.
Mahfudz, L. D., S. Kismiati, and T. A. Sarjana. 2005. ‘Fenotipik Dari Itik Magelang Yang Produktif’. Pp. 779–85 in Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Indonesia.
Matitaputty, P. R., and S. Suryana. 2015. ‘Review on the Performances of Cihateup Duck (Anas platyrhynchos Javanica) as Genetic Resource of Local Poultry in Indonesia’. Indonesian Bulletin of Animal and Veterinary Sciences 24(4). doi: 10.14334/wartazoa.v24i4.1088.
Noor, R. R. 2008. Genetika Ternak. Cetakan ketiga. Jakarta (ID): Penebar Swara.
Nova, T. D., A. F, and F. V. 2014. ‘Karakteristik Fenotipe Itik Kumbang Jonti sebagai Itik Lokal Payakumbuh’. Pp. 525–31 in Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Randa, S. Y., P. S. Hardjosworo, A. Apriyantono, and R. Hutagalung. 2010. ‘Duck Meat Off-Odor as Affected by Different Strains and Dietary Lipids’. Jurnal Ilmu Peternakan Dan Veteriner Tropis 5(2):98–103.
Steel, R. G. D., and J. H. Torrie. 1993. Prinsip Dan Prosedur Statistika. Jakarta (Indonesia): PT. Gramedia Pustaka Utama.
Supartini, N., and H. Darmawan. 2016. ‘Pemanfaatan Bekicot Sawah (tutut) Sebagai Suplementasi Pakan Itik Untuk Peningkatan Produktivitas Itik Petelur Di Desa Simorejo-Bojonegoro’. Buana Sains 16(1):1–8. doi: https://doi.org/10.33366/bs.v16i1.402.
Suparyanto, A., H. Martojo, and P. S. Hardjosworo. 2004. ‘Kurva Pertumbuhan Morfologi Itik Betina Hasil Silang antara Pekin dengan Mojosari Putih’. JITV 9(2):11.
Suryana, R. R. Noor, P. S. Hardjosworo, and L. H. Prasetyo. 2014. ‘Karakterisasi Morfologi Itik Alabio (anas Platyrhynchos Borneo) Di Wilayah Sentra Pengembangan Kalimantan Selatan’. Pp. 551–61 in Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”. Banjarbaru (Indonesia).
Suryana, S., R. R. Noor, P. S. Hardjosworo, and L. H. Prasetyo. 2012. ‘The Color Pattern of Alabio Duck (Anas Platyrhynchos Borneo) in South Kalimantan’. Journal of the Indonesian Tropical Animal Agriculture 35(2):83–89. doi: 10.14710/jitaa.35.2.83-89.

Published

2022-01-02

Similar Articles

You may also start an advanced similarity search for this article.