Kolaborasi perguruan tinggi, gereja, dan masyarakat adat dalam advokasi isu lingkungan dan tenurial di Lembah Kebar Kabupaten Tambrauw

Collaboration of universities, spirituall organization and indigenous peoples in advocacy for environmental and tenure issues in Kebar Valley, Tambrauw Regency

Authors

  • Dina Arung Padang Universitas Papua, Manokwari, Indonesia
  • Yubelince Y. Runtuboi Universitas Papua, Manokwari, Indonesia
  • Idola Dian Y. Nebore Universitas Papua, Manokwari, Indonesia
  • Ana Tampang Universitas Papua, Manokwari, Indonesia
  • Sri Rosepda Sebayang Universitas Papua, Manokwari, Indonesia
  • Adomina Ayomi Universitas Papua, Manokwari, Indonesia
  • Selviana Mambraku Universitas Papua, Manokwari, Indonesia
  • Naswa Anissa Az Zahra Sanusi Bauw Universitas Papua, Manokwari, Indonesia
  • Sepus M. Fatem Universitas Papua, Manokwari, Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.46549/igkojei.v6i3.578

Keywords:

Advocacy, Collaboration, Community, Kebar, Tambrauw, Advokasi, Kolaborasi, Mayarakat

Abstract

ABSTRACT 

Natural resources, environmental sustainability, and tenure rights represent complex and persistent challenges faced by Indigenous communities across Indonesia, including in Kebar Valley, Tambrauw Regency, West Papua. This region has been under growing pressure from oil palm plantation expansion, leading to land conflicts, violence, and ecological degradation. This study explores the strategic collaboration among universities, churches, and Indigenous communities in advancing advocacy rooted in ecological justice and tenure recognition. A descriptive qualitative approach with a naturalistic paradigm and ethnographic methods was employed to uncover local narratives, social practices, and customary values that shape collective strategies in addressing structural inequalities. Data were collected through participatory observation, in-depth interviews, and documentation of advocacy activities. The findings reveal that such cross-sector collaboration has successfully mobilized socio-political strength to promote ulayat land rights, environmental preservation, and community-based economic resilience. The 2024 Declaration of Kebar Valley as the Land of the Gospel marks both a symbolic and strategic milestone, reinforcing solidarity among actors. This partnership has created momentum for progressive policy development, including both regulatory and non-regulatory frameworks at local and national levels. The study underscores the critical role of participatory approaches, recognition of Indigenous knowledge, and integration of spiritual values in empowering Indigenous peoples in resource governance. Future advocacy efforts must encompass sociocultural, economic, and legal dimensions to ensure the sustainability of Indigenous territories and the well-being of local communities. 

Keywords: Advocacy; Collaboration; Community; Kebar; Tambrauw

 

ABSTRAK

 Isu sumber daya alam, lingkungan, dan hak tenurial merupakan permasalahan kompleks yang dihadapi masyarakat adat di Indonesia, termasuk di Lembah Kebar, Kabupaten Tambrauw, Papua Barat. Kawasan ini mengalami tekanan akibat ekspansi perkebunan kelapa sawit yang menimbulkan konflik lahan, kekerasan, dan degradasi ekologis. Penelitian ini mengkaji kolaborasi antara perguruan tinggi, gereja, dan masyarakat adat dalam upaya advokasi berbasis keadilan ekologis dan hak tenurial. Pendekatan kualitatif deskriptif dengan paradigma naturalistik dan metode etnografi digunakan untuk menggali narasi lokal, praktik sosial, dan nilai-nilai adat yang membentuk strategi kolektif komunitas dalam menghadapi ketimpangan struktural. Data dikumpulkan melalui observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi aktivitas advokasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kolaborasi lintas aktor ini mampu membangun kekuatan sosial-politik dalam mendorong pengakuan hak ulayat, pelestarian lingkungan, serta penguatan ekonomi komunitas. Deklarasi Lembah Kebar sebagai Tanah Injil (2024) menjadi tonggak simbolik sekaligus strategis dalam memperkuat solidaritas antar aktor. Kolaborasi tersebut membuka ruang bagi terobosan kebijakan baik dalam bentuk regulasi maupun non-regulasi di tingkat lokal dan nasional. Penelitian ini menegaskan pentingnya pendekatan partisipatif, pengakuan terhadap kearifan lokal, dan integrasi nilai spiritual dalam memperkuat posisi masyarakat adat dalam tata kelola sumber daya alam. Advokasi ke depan harus mencakup dimensi sosial-budaya, ekonomi, dan hukum untuk menjamin keberlanjutan ruang hidup dan kesejahteraan komunitas adat secara menyeluruh.

Kata kunci: Advokasi;  Kebar;  Kolaborasi; Mayarakat; Tambrauw

Downloads

Download data is not yet available.

Author Biographies

Dina Arung Padang, Universitas Papua, Manokwari, Indonesia

Fakultas Kehutanan, Universitas Papua, Jl. Gunung Salju Amban, Manokwari

Yubelince Y. Runtuboi, Universitas Papua, Manokwari, Indonesia

Fakultas Kehutanan, Universitas Papua, Jl. Gunung Salju Amban, Manokwari

Idola Dian Y. Nebore , Universitas Papua, Manokwari, Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Papua, Jl. Gunung Salju Amban, Manokwari

Ana Tampang, Universitas Papua, Manokwari, Indonesia

Fakultas Kehutanan, Universitas Papua, Jl. Gunung Salju Amban, Manokwari

Sri Rosepda Sebayang, Universitas Papua, Manokwari, Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Papua, Jl. Gunung Salju Amban, Manokwari

Adomina Ayomi, Universitas Papua, Manokwari, Indonesia

Fakultas Kehutanan, Universitas Papua, Jl. Gunung Salju Amban, Manokwari

Selviana Mambraku , Universitas Papua, Manokwari, Indonesia

Fakultas Kehutanan, Universitas Papua, Jl. Gunung Salju Amban, Manokwari

Naswa Anissa Az Zahra Sanusi Bauw, Universitas Papua, Manokwari, Indonesia

Fakultas Kehutanan, Universitas Papua, Jl. Gunung Salju Amban, Manokwari

Sepus M. Fatem, Universitas Papua, Manokwari, Indonesia

Fakultas Kehutanan, Universitas Papua, Jl. Gunung Salju Amban, Manokwari

References

Anari M, Nouke LM, dan Meike L. 2023. Kearifan lokal masyarakat dalam menjaga kelestarian padang rumput Kebar di Distrik Kebar. Jurnal CASSOWARY: 6(1).

AMAN (Aliansi Masyarakat Adat Nusantara). (2023). Laporan Advokasi dan Pemetaan Wilayah Adat Tahun 2022–2023. Jakarta: AMAN.

Andaya F. & Ramadhani N. (2022). Perempuan adat dan keadilan iklim: Praktik dan perjuangan di Indonesia Timur. Jurnal Perempuan, 27(2), 121–134.

Arif S. (2022). Menata Kembali Agraria dan Lingkungan di Papua Barat. Jakarta: Sajogyo Institute.

Bachriadi D. & Wiradi G. (2016). Agrarian Reform: Agraria dalam Transisi. Bandung: AKATIGA.

Banawiratma JB. (1990). Spiritualitas Transformatif. Yogyakarta: Kanisius.

Bernard, H. R. (2017). Research Methods in Anthropology: Qualitative and Quantitative Approaches (6th ed.). Rowman & Littlefield.

Boedhihartono AK. (2017). Mainstreaming landscape approaches in biodiversity conservation: The case of Indonesia. Environmental Management, 60(6), 932–944.

Boissière M, Gozali E, Padmanaba M, Sadjudin E, & Levang P. (2021). Biodiversity Conservation in Papua: Community Engagement and Sustainable Practices. Bogor: CIFOR.

Butt S & Lindsey T. (2012). The Constitution of Indonesia: A Contextual Analysis. Bloomsbury Publishing.

Chao S. (2021). In the Shadow of the Palm: Dispossession, Ecological Crisis, and Indigenous Resistance in Indonesia. Duke University Press.

CIFOR. (2019). REDD+ Safeguards and Indigenous Rights in Indonesia. Bogor: CIFOR.

Colchester M & Chao S. (Eds.). (2013). Conflict or Consent? The Oil Palm Sector at a Crossroads. Forest Peoples Programme.

Colchester M, Anderson P, & Chao S. (2013). Respecting Rights, Delivering Development: Forests, Development and Rights in Indonesia. Forest Peoples Programme.

Creswell JW & Poth CN.(2018). Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five Approaches(4th ed.). SAGE Publications.

Davidson JS & Henley D. (2007). The Revival of Tradition in Indonesian Politics: The Deployment of Adat from Colonialism to Indigenism. Routledge.

Denzin NK & Lincoln YS. (Eds.). (2018). The SAGE Handbook of Qualitative Research (5th ed.). SAGE Publications.

Eghenter C, Hapsari MI, & Suryawan I. (2021). Participatory Mapping and the Politics of Rights in Indonesia: Land, Territory and Mobilization. Routledge.

Farah. 2025. Menggali Peran Agama dalam Mengelola Risiko Lingkungan: Kolaborasi Lintas Iman untuk Masa Depan Berkelanjutan. Ecbhinneka Muhammadiyah. (diakses 21 April 2025)

Greenpeace Indonesia. (2020). Kekerasan Korporasi di Papua Barat: Laporan Kasus PT BAPP di Lembah Kebar. Jakarta: Greenpeace Indonesia.

Hall D, Hirsch P, & Li TM. (2011). Powers of Exclusion: Land Dilemmas in Southeast Asia. University of Hawaii Press.

Herman L & Sulaeman A. (2019). Gereja dan konflik agraria: Studi peran mediator gereja lokal dalam konflik lahan di Indonesia Timur. Jurnal Sosial Politik, 5(2), 157–172.

Kambay Y. (2020). Teologi ekologi dan peran gereja dalam perlindungan wilayah adat Papua. Jurnal Teologi Kontekstual Papua, 5(2), 23–37.

Larson AM, Barry D, & Dahal GR. (2016). Tenure Rights and Access to Forests: A Training Manual for Research. CIFOR.

Li TM. (2014). Land's End: Capitalist Relations on an Indigenous Frontier. Duke University Press.

Lindsey T, Wright T, & Bedner A. (2018). Land and resource disputes in Indonesia: An overview. Asia Pacific Journal of Environmental Law, 21(1), 1–18.

Margono BA, Potapov PV, Turubanova S, Stolle F, & Hansen MC. (2014). Primary forest cover loss in Indonesia over 2000–2012. Nature Climate Change, 4(8), 730–735.

Maryudi A & Sahide MAK.. (2017). Overlapping authority and fragmented forest governance: The case of forestry and village governments in Indonesia. Human Ecology, 45(2), 177–186.

McCarthy JF & Robinson K. (2016). Land and Development in Indonesia: Searching for the People's Sovereignty. ISEAS Publishing.

Moniaga, S. (2010). From bumiputera to masyarakat adat: A long and confusing journey. In Davidson, J. S., & Henley, D. (Eds.), The Revival of Tradition in Indonesian Politics (pp. 275–294). Routledge.

Obidzinski K, Andriani R, Komarudin H, & Andrianto A. (2012). Environmental and social impacts of oil palm plantations and their implications for biofuel production in Indonesia. Ecology and Society, 17(1), 25.

Pattiasina J. (2018). Gereja dan keadilan ekologis: Studi kasus peran gereja dalam konflik lingkungan di Papua. Jurnal Teologi dan Pembangunan, 11(1), 44–59.

Potter L. (2015). Managing Oil Palm Landscapes: A Review of Policies Affecting the Growth of Oil Palm on Forests in Indonesia. CIFOR.

Rachman NF. (2011). The resurgence of land reform policy and agrarian movements in Indonesia. Journal of Agrarian Change, 11(2), 277–295.

Sandker M, Suwarno A, & Campbell BM. (2012). Will forests remain in the face of oil palm expansion? Simulating change in Malinau, Indonesia. Ecology and Society, 17(3), 10.

Santika T, Wilson KA, Budiharta S, Law EA., Poh TM, Ancrenaz M. & Meijaard E. (2019). Does oil palm agriculture help alleviate poverty? A multidimensional counterfactual assessment of oil palm development in Indonesia. World Development, 120, 105–117.

Sinar NH, Sulistyowati R, & Marthen E. (2022). Collaborative governance in Indigenous tenure recognition. Journal of Land and Rural Studies, 10(1), 45–67.

Siscawati M & Mahaningtyas A. (2018). Beyond recognition: Indigenous Peoples’ rights and forest tenure reforms in Indonesia. International Forestry Review, 20(3), 341–356.

Spradley JP. (2016). Participant Observation. Waveland Press.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Tumonggi F & Tosea D. (2024). Kabar Sukacita di Tengah Bumi yang Luka: Gereja dan Ekoteologi. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Utama C. (2020). Ekonomi Komunitas: Teori dan Praktik Koperasi Adat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

WWF Indonesia. (2016). The Value of Nature: A Valuation of Ecosystem Services in Indonesia’s Forest Landscapes. Jakarta: WWF.

Downloads

Published

2025-07-30

How to Cite

Padang, D. A. ., Runtuboi, Y. Y. ., Nebore , I. D. Y. ., Tampang, A. ., Sebayang, S. R. ., Ayomi, A., Mambraku , S. ., Bauw, N. A. A. Z. S. ., & Fatem, S. M. . (2025). Kolaborasi perguruan tinggi, gereja, dan masyarakat adat dalam advokasi isu lingkungan dan tenurial di Lembah Kebar Kabupaten Tambrauw: Collaboration of universities, spirituall organization and indigenous peoples in advocacy for environmental and tenure issues in Kebar Valley, Tambrauw Regency. IGKOJEI: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 6(3), 183–190. https://doi.org/10.46549/igkojei.v6i3.578

Most read articles by the same author(s)